Lantas daku berkata, "Wah kalian pada pinter bahasa Arab semua ya? Sampai salamku dalam bahasa Indonesia ga' kalian mengerti!" Kata-kataku membuat mereka terperanjat. Secara spontan mereka mengeroyokku, "Sialan lo Whien! Elo menjebak kita-kita, ya?". Diriku pun di uyel-uyel habis. Rambutku jadi amburadul, ga' karuan!
Bercanda, memang! Tapi salam tadi lantas jadi hot-topic. Perbedaan pendapat-pun tercurah.
Asumsi-nya, tidak banyak orang yang mengerti arti Assalam'mualaikum, dan menggunakan sebagai sekedar "alat" menyapa belaka! Sebagian lagi berasumsi, bahwa walau mengerti artinya, tapi salam itu diucapkan secara artikulatif semata ... tidak sepenuh perasaan dan harapan. Jadi, ya, efektifitasnya berkurang!
Padahal, jika salam tersebut diucapkan dengan sepenuh hati, tentulah akan menimbulkan suasana yang sejuk. Daku mengalami sendiri, kok! Salam yang daku sampaikan dengan sepenuh hati, telah membimbing diriku sendiri dalam bersikap. Seandainya salam itu tak berpengaruh kepada orang lain, setidaknya berpengaruh terhadap diriku sendiri. Misalnya, sebagai pengirim salam, suasana hatiku menjadi lebih sejuk. Bahkan, ketika terjadi perdebatan sengit sekalipun, daku masih sanggup menggendalikan diri. Hanya karena menghayati Assalam Mualaikum wa Rocmhatu Allaihi wa Batokah'tu itu!
Sesungguhnya, sejak jauh hari Isa al Maseh Alaihi wa sallam, atau yang lebih dikenal sebagai Yesus Kristus juga sudah bersabda: "Apabila kamu masuk rumah orang, ucapkanlah Syalom Alaikhem. Tapi apabila kamu memberi salam kepada saudara-saudaramu begitu saja, apakah lebihnya kamu daripada perbuatan orang lain? Bukankah orang yang tidak mengenal Allah pun dapat berbuat demikian? (Injil, Matius 5:7; 10:12, Jewish Testament Publications, 1989)
Indah sekali hari itu. Perbedaan dalam kebersamaan. Tidak harus kesamaan!
Tentang kebersamaan ini, daku jadi ingat sabda Yesus: “Dan hendaklah orang-orang datang dari Timur dan Barat dan dari Utara dan Selatan dan mereka duduk bersama di dalam Bait’Allah (Injil Lukas 13:29, Ibrani: Sefer Ha B’it ha-Hadasah, Jerusalem, Unites Bible Societies, 1992)
Yang lebih indah lagi, yaitu, ketika Nabi Mochammad mengajak dan memimpin semua pemuka agama yang bersumber dari Nabi Abraham (Tauchid =Oneneess=Keesaan) melakukan renovasi Bait’Allah …
Ah... andaikan kebersamaan seperti waktu itu berlangsung hingga kini dan …tak tercampuri urusan politik … betapa indahnya dunia! Tidak harus kesamaan! Untukmu agamamu, dan untukkulah agamaku ... dan tetap berpeganglah kamu semua kepada tali kasih Allah
Mohon maaf jika Whienda salah ..wong cuma baru bisa mengutip bukan menafsir.
*) Bait'Allah, Baitullah, adalah "rumah Tuhan" yang pertama, dibangun oleh Nabi Abraham.
otakku masih blenk non. lom isa ngasih masukan yang berarti.
BalasHapusWa alaikum salam whienda.. .
BalasHapusdalam beragama kita saling silaturahmi ya.. :D
BalasHapusemang siy...perbedaan itu indah....
BalasHapusseepp...artikel yg keren wiend....
keep posting yaa....
salam kenal mba winda ^^
BalasHapusassalamualaikum buat mbak whienda. membaca artikel mbak membuat aku tertarik pengen mengenal mbak lebih jauh. karena aku melihat dua manusia dalam satu konsep yang sama. salam kenal ya mbak.
BalasHapusWa'alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh
BalasHapusIndahnya kebersamaan tanpa memandang ras, suku dan agama.
BalasHapusHappy new year 1 Suro 1942 Jimawal..
Akan terasa indah kebersamaan itu bila kita dapat menghargai keyakinan masing2 karna betul seperti yang tertulis diatas bahwa Agamamu untukmu dan agamaku untukku.. :)
BalasHapusHi Wheinda? How r u? Just wanna say, happy new year 2009.
BalasHapusKeindahan beragama, akan dirasakan jika antar pemeluk agama yg satu dg yang lainnya tidak saling menghujat, tidak saling memaksakan dantidak saling memanfaatkan kekurangan yg lain.
BalasHapusManusia diberi akal oleh Allah untuk memilih dan memutuskan, serta hati nurani untuk mempertimbangkan sesuatu.
havenu syalom alleikhem, kubawa kabar sukacita kepada mu sister, salam persaudaraan, walaupun kita berbeda agama dan keyakinan tapi apa yang kita lakukan tetap bersumber pada TUHAN... salam .!
BalasHapus@Welly:
BalasHapusYups! Sepakat, Bro! Kabar sukacita yang kaya ginilah yang daku tunggu. Kita memang bersaudara. One for all, all for One! Tanks brother! Peace in the world, like peacefulness in heaven!
Ekekek..sorry saya ngelihatna lain, pinter nohok juga lu.. Asalamu'alaikum elo ubah ke Indonesia he..he.. cerdik non.
BalasHapusberkualitas banget tulisannya.walaupun curhat tapi maknanya dalam banget..bener2 menguasai dua2nya...welcome to be Muslimah...
BalasHapus