Terlepas dari keteladanan yang diberikan oleh Dewi Sartika (ikon Hari Ibu) konotasi tentang ibu bertolak belakang dengan semangat emansipasi. Bila emansipasi mendorong keluar dari sektor domestik untuk masuk ke sektor publik, konsep hari ibu adalah sebaliknya. Kesannya Hari Ibu merupakan rem semangat Hari Kartini. Hari Ibu, menurut saya, justru manjadi ambigu dari transformasi dan gerakan social kita yang diinspirsi oleh gagasan emansipasi perempuan. Demikian tulis Mbak Fany Setyawati(JP20/12/08)
Terus terang, daku rada-rada bingung tentang dua hal ini, konsep emansipasi dan konsep ibu. Sepertinya sudah terlanjur melekat dibenakku bahwa martabat seorang ibu sedemikian tingi di mata Islam. Ungkapan-ungkapan seperti surga di bawah telapak kaki Ibu, sudah menjadi kebenaran sehari-hari. Bahkan, ada yang menganggap mencium kaki Ibu sebagai ritual yang harus dijalani. Tetanggaku, mengatakan: “Ketika berangkat merantau ke Jawa, aku cium kaki ibuku. Kenyatannya, usahaku di Jawa berhasil” katanya bangga. “Itulah bukti nyata ungkapan surga di bawah telapak kaki Ibu!” tambahnya.
Diriwayatkan, Tuhan tidak akan mengampuni dosa seorang Anak sebelum si Ibu meridainya. Jadi, untuk mengampuni seseorang anak, Tuhan mesti menunggu ridha Si Ibu?
Dan, ini lebih dahsyat lagi. Seorang anak wajib memenuhi panggilan Ibunya walau sedang solat? Hah? Luar biasa…demi seorang ibu, Tuhan bersedia “mengalah”?
O..sedemikian terhormatkah kedudukan seorang Ibu di mata Tuhan?
Kayaknya, yang ini tidak kalah luas maknanya. “Baik dan buruk suatu kaum, ditentukan oleh para wanitanya. Jika wanitanya baik, maka baik pulalah kaumnya!” Wah…Jadi …wanita jugakah penentu kualitas SDM? Sedemikian tinggi Islam menghargai martabat wanita. Kalau toh masih banyak terjadi pelecehan dan kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh pria, bukan karena iri, 'kan?
Jadi? Pertanyan Mbak Fany, tokoh pemberdayan perempuan berikut, saya persilahakn untuk Anda jawab. “Agar emansipasi perempuan tidak tersendat, apakah tidak sebaiknya dipertanyakan masihkah kita membutuhkan Hari Ibu?”
I love You, Mom!. Whienda.
:X
BalasHapusKita rayakan hari ibu setiap hari untuk ibu
Salam kenal yah
sependapat dengan komentator diatas
BalasHapusYang penting bukan perayaannya, yang terpenting bagaimana seorang bagaimana kita bisa tetap menghargai dan menghormati seorang ibu walaupun ibu kita pendidikannya lebih rendah dari kita.
BalasHapusSeringkali seorang anak berlaku tidak sopan kepada ibunya.
Tidak perlu gerakan emansipasi wanita, Islam telah menempatkan posisi wanita sesuai dengan semestinya. Gerakan emansipasi wanita yg dituntut justru malah bisa salah kaprah. Ikuti saja bagaimana Rasulullah mengajarkan kita menghargai dan menghormati kedudukan dan posisi wanita.
Kasi apa ya yg bagus ke my lovely mom di hari ibu?
BalasHapusbtw, gmn nih kabar ayah mba whienda?
ya pst hrs ada donk, linda...
BalasHapusslm kenal ya...
saya setuju sama mas erik dan wheinda. perayaan hari ibu tidak terlalu penting, yang terpenting adalah bagaimana kita bersikap terhadap seorang ibu dalam keseharian kita. Salam Wheinda, sukses selalu ya.
BalasHapusmasih perlu donkkk...hehe
BalasHapus