Dari beberapa literatur yang daku jumpai, Nasrudin, atau Nazarudin, lahir di desa Hortu tahun 1208 dan meninggal di Aksehir tahun 1284. Di desa kelahirannya, kini, dibangun taman khusus yang disebut Taman Nazarudhin dengan patung dirinya sedang mengendari keledai. Patung Nazarudin juga mengesankan sebagai icon ibu kota Turki. Nazarudhin Hoja adalah murid langsung dari tokoh sufi besar Jalaludin Rumi (1207-1273). Selanjutnya, dia juga berguru kepada Seyeid Mahmud Mayrani. Sejak jadi murid beliau ini, kisah Nazarudhin Hoja dibukukan dan tersebar ke seluruh Timur Tengah, ke Timur Jauh, hingga ke Eropa. Kebanyakan, kisahnya merupakan bentuk perlawanan terhadap penguasa yang lalim. Entahlah, di Eropa, Nazarudhin malah dikenal sebagai Nazarethin yang berarti orang dari Nazareth. Padahal, Nazareth adalah desa kelahiran Yesus Kristus Allaihi wa salam.
Humor, memang metode utama sosok sufi ini dalam memberikan pelajaran. Sebagaimana para mursid pada umumnya, Nazarudhin tidak pernah mengajarkan kebaikan dan keburukan secara hitam-putih, atau polaritis utara dan selatan. Cerita Nasrudin juga sering dinilai sebagai sindiran untuk orang-orang yang suka berebut sebagai "yang paling benar". Padahal, yang benar cuma satu, sadaqAllah Al Azim, yaitu Tuhan penguasa semesta.
Maka dari itu, kisah Nasrudin kadang hanya sekedar potret suatu kejadian, dan murid-muridnya dipersilahkan secara bebas memaknainya. Kemampuan memaknai segala sesuatu setelah melihat secara holistik memang metode belajar gaya spiritualitas tasawuf. Menurut pengikut tasawuf, metode demikian membuat seseorang mampu menghargai pendapat orang lain yang mungkin melihat sesuatu hanya dari satu atau dua sisi.
Sudah barang tentu ini adalah metode pembelajaran tingkat lanjut. Akibatnya, seringkali daku berusaha keras untuk mencari makna yang berada di balik cerita humor Nasrudin. Pasalnya, kadang-kadang, yang menonjol hanya lucu dan konyolnya saja.
Tapi, ini susah, ya? Karena tidak semua cerita lucu yang beredar di masyarakat itu murni ciptaan Nasrudin. Yang membonceng popularitas juga banyak!
Daku hanya berasumsi, sosok sufi sebesar Nasrudin pasti tak bakal memberikan humor tanpa makna penting. Barangkali cuman karena cakrawalaku yang sempit, trus mengalami kesulitan menemukan pesan yang ingin disampaikan Nasrudin.
Yah ... memang begitulah metode yang kebanyakan digunakan oleh seorang mursid. Misalnya, kisah yang ini: Kunci yang hilang.
With Love, Whienda.
(maaf) izin mengamankan PERTAMA dulu. Boleh kan?!
BalasHapusSaya berkenalan pertama kali dengan nasrudin adalah dengan cerita "Nasrudin mengangkat masjid".
Kisah itu diceritakan oleh kakak saya ketika saya masih masih kelas awal di SD.
belum mengenal nasrudin melalui tulisan ini saya jadi sedikit mengetahui cerita tentang tokok nasrudin. thank's infonya ya whien
BalasHapus@Alamendah:
BalasHapus"Nasrudin mengangkat masjid?" Daku belum pernah denger, nih. Tolong dong, critain, Di kirim ke email juga boleh, ntar Whienda posting!
@Dwina:
Whienda juga baru-baru aja,kok, cari tahu tentang Nasrudin Hoja. Penasaran, deh!
Sama kayak Dwi, saya taunya Abu Nawas :)
BalasHapusTentang tulisanku :
Pendapat Whienda sama persis seperti yang saya tulis juga, Drilling cocok untuk hal-hal yang berkaitan dengan Etika, Norma (termasuk didalamnya norma agama yang sangat erat kaitannya dengan EQ dan SQ).
Ada juga yang menyebutnya Nasretin Hoca..., info yang bagus sist
BalasHapusWaktu SD saya suka baca buku tentang Abu Nawas di perpustakaan sekolah.
BalasHapusBanyak kisah Beliau yang menarik. Saya mengenalnya sebagai tokoh yang cerdik dan pandai menggunakan akalnya
salam kenal....wakh aku baru tau nih
BalasHapusterus terang baru tahu tokoh sufi yang satu ini, akhirnya jadi tau pula ternyata murid dari jalaludin rumi
BalasHapus@ Bang Seno dan Bang Erik:
BalasHapusKalau Abu Nawas...kayaknya dari Bahgdad, kisah 1001 malam,ya? Terimakasih.
@ Mbak Lina:
Nama Nasretin Hoca .. mungkin hanya karena artikulatif-style setiap bahasa dari suku bangsa. Di Indonesia 'khan banyak orang bernama: Nasrudin,ya? Trims!
@ Jobs Review
BalasHapusSenang sekali berkenalan! Gak ngerasa nyasar, 'khan?
@Mamah Aline:
Whienda juga baru saja cari tahu tentang tokoh ini. Kalau Jalaludin Rumi, sering dengar dan beberapa kali baca puisinya, tapi tetap saja masih sulit memahami.
Terima kasih Mamah...!