Roni adalah pemuda desa asal Bojonegoro yang bernama asli Sahroni. Ketika merantau ke Surabaya, ia "terdampar" di tempatku berjualan ayam goreng. Pada awalnya ia kutugasi mengambil ayam-hidup di pasar Wonokromo. Ia jugalah yang mengantar makanan ke alamat pembeli yang memesan lewat telepon. Dia benar-benar pekerja keras yang pernah daku kenal. Apakah hasil kerja keras itu?
Daku sangat menyenanginya. Oleh karenanya, dia berhak menerima gaji di atas rata-rata. Bahkan, ia juga berhak mendapatkan kredit sepeda motor, walaupun (pada awalnya) atas namaku. Di samping itu, ia juga menikahi Lies, salah seorang karyawatiku. Itulah beberapa di antaranya, yang ia peroleh dengan bekerja keras.
Selama bekerja di tempatku, ternyata ia mempelajari banyak hal. Maka, ia pun mengetahui banyak hal tentang kewirausahaan. Bahkan, ia mampu kulepas menjaga warung, nyaris tanpa pengawasan. Ia sendirilah yang menciptakan proses belajar. Pasalnya, daku merasa tidak pernah dengan sadar, sengaja memberi pelajaran baginya.
Dan, setelah merasa pengetahuan dan ketrampilannya memadai. Ia minta saranku untuk membuka warung sendiri. Jamal, adiknya, menggantikan tugasnya di tempatku. Senang sekali daku mendengar rencananya itu.
Kini, -bisa Anda tebak- sebuah loncatan terjadi. Kehidupan Roni jauh lebih baik di banding sekadar bekerja keras bersamaku. Betapapun, kini ia telah menjadi seorang boss! Kadar "bekerja kerasnya" pun berkurang (kuantitatif) . Bahkan, ia punya banyak waktu libur. Di waktu libur demikian, ia bisa seharian di rumahku bercanda dengan Nia, anak gadisnya, hadiah dari Lies, "mantan rekan kerjanya" di tempatku.
Bagi Roni, bekerja keras saja tidak cukup, dia harus mengembangkan pengetahuan dan ketrampilannya. Itulah yang diyakini Roni, pemuda desa dari Bojonegoro.
So, Never stop training, learning, listening.
With Love, Whienda.
Posting sejenis: Kerja keras adalah energi kita.
Baca juga: Dipecat atau ditrining?
(maaf) izin mengamankan PERTAMA dulu. Boleh kan?!
BalasHapusTetapi bukankah bekerja keras tidak hanya identik dengan curahan tenaga fisik doang.
Sehingga meskipun telah menjadi "BOS" tetapi kerja keras tetap dibutuhkan semisal dalam memanage anak buah.
KERJA KERAS EMANG PERLU UNTUK MERAIH KESUKSESAN. TAPI BEKERJA TERLALU KERAS JUGA TAK BAIK, KARENA AKAN BERDAMPAK PADA KESEHATAN TUBUH.
BalasHapusKerja keras itu perlu apalagi di jaman seperti sekarang ini, kerja keras di gandengin ma kerja pinter merupakan kolaborasi yang memicu kita untuk meraih apa yang kita inginkan
BalasHapus@Alamendah
BalasHapusMaksud Abang, kerja keras juga termasuk berfikir keras?
@pelangi anak:
Kerja keras dan istirahat yang cukup. Begitu ya, Mbak?
@Dwina
Yups! Smart working..gitu ya, Mbak?
hati tak “SENANG” bukan karena cinta yang “HILANG” tapi karena tak punya “UANG” hati sedih bukan karena isi dompet selalu “BERSIH” hidup “SENGSARA” bukan karena do’i tak “SETIA” tapi karena tak punya “PULSA” hidup tanpa cinta bisa ja “BAHAGIA” tapi hidup tanpa “PULSA” bikin kita “MERANA” kini aq “CEMBERUT” bukan karena pacar di “REBUT” tapi karena HP bikin aku “BANGKRUT”
BalasHapuskerja keras trus berdoa....
BalasHapushanya dengan kerja keras, maka segala kesuksesan dapat kita raih.
BalasHapuswah,cantik banget ya blognya :D
BalasHapusSepakat Whien, kerja keras & smart diikuti dengan selalu meningkatkan kualitas diri dengan meng-upgrade skill & knowledge.
BalasHapus@trafsilo
BalasHapusLho??? Gak salah copast, nih! Thanks
@a-chen
Ora et labora, ya? Trims!
@Setiawan Drigantara
Mungkin yang Abang maksud, kerja keras dengan pengertian yang lebih luas, ya?
@Pujiantoro
BalasHapusBlognya cantik? Makaciih...? Yang punya blog cantik, nggak? Walaahh...narsisnya kambuh!
@Bang Erik
Itulah Bang, kebanyakan kerja keras, trus lupa mengasah pedang! Capek, deh!
Kalo membaca atau mendengar cerita2 yang memotivasi seperti kisah diatas, saya jadi terbangun lagi Whien. THanks.
BalasHapusAlhamdulillah semua baik2 aja, cuma komputer aja yang kena.
@Bang Seno
BalasHapusInilah Bang Seno ... pakai ilmu padi, makin rendah makin berisi. Lha wong..selama ini Bang Seno yang jadi motivator saya, kok!