"Mungkin kalian tak memperoleh apa yang kalian inginkan. Tapi ambilah apa saja yang kau mau dariku", katanya.
Apa yang mereka peroleh dari pertapa tua? Dia tidak punya apa pun. Makanan pun tidak. Rumahnya sudah roboh, hanya tinggal bambu-bambu berserakan di sana-sini.
"Tiidak ada lagi yang bermanfaat dari pertapa ini", kata kesatria pertama sambil berlalu meneruskan perjalanan. Tetapi, kesatria kedua tetap bertahan di situ. Beberapa hari lamanya ia merawat Sang Pertapa. Ia merawat dengan tulus-ikhlas hingga Sang Pertapa meninggal.
"Jika yang tersisa hanya bambu-bambu itu ... bawalah! Itupun jika kau mengaggapnya bermanfaat!" itulah kata-kata terakhir dari Sang Pertapa.
Setelah sang pertapa dimakamkan, kesatria kedua meneruskan perjalanannya. Untuk menghormati sang Pertapa, ia membawa bambu-bambu sisa reruntuhan rumah itu, seperti yang dipesankan.
Dalam perjalanan, ia terhalang oleh rawa yang luas dan buas. Bahkan, ia sempat melihat kesatria pertama dalam keadaan mengenaskan. Kepalanya tampak timbul tenggelam, tidak utuh lagi. Tubuhnya ... entah kemana barangkali terbenam di lupur rawa. Nyawanya tak dapat diselamatkan lagi.
"Terima kasih, wahai Sang Pertapa, gumam si kesatria kedua, "Jika tak bermanfaat hari ini, setidaknya akan bermanfaat di kemudian hari. Kini, saatnya bambu-bambu bekas rumahmu menjadi bermanfaat besar. Engkaulah Sang Mursid sejati"
Benar. Bambu-bambu itu ia jadikan rakit yang membawanya ke seberang dan menyelamatkan nyawanya.
With Love, Whienda..
salam sobat
BalasHapusarikelnya mendalam mba,,
bambu-bambu dijadikan rakit untuk menyelamatkan nyawa.
salam kenal dari sahabat jauuuhh.
saya follow nich ya,,
hi whien pakabar nh? lama y gak ketemu. thanks lo kunjunganya.
BalasHapussesuatu itu mungkin nampak buruk hari ini tapi belum tentu besok juga seperti itu. ini pelajaran yg bsa saya ambil dr postingan kamu kali ini
Ketika satria kedua tetap bertahan dengan sang pertapa. disitu satria kedua mempunyai jiwa yang tulus dan iklas. maka bermanfaatlah ia terhadap dirinya. hehehehe :D
BalasHapusBambu-bambu dijadikan rakit untuk sarana transportasi air. Kisah sebatang bambu yang juga bermanfaat bagi petani yang menggunakan batangnya untuk jadi pembuluh penyalur air ke ladang pak tani.
BalasHapusSang bambu rela dibelah dua, disayat kulitnya dan disodok ruasnya agar berlobang. Sekalipun sang bambu merasakan sakit luar biasa ia tidak menyesal diperlakukan demikian demi petani yang mengandalkan hidupnya untuk mendapatkan air melalui pembuluh bambu tempat menyalurkan air dari mata air menuju ladang sawahnya.