
dengan pasangan yang tak dikenal sebelumnya. Mungkin, ini menyangkut emansipasi, ya? Emansipasi di bidang seks, gitu? Ataukah ini bagian dari dunia paradox?
Ha..ha! Lihat saja!. Hingga hari ini makin nyaring saja seruan dari kalangan perempuan yang memperjuangkan kesetaraan hak dengan kaum pria. Bahkan, termasuk diantaranya adalah kebebasan menikmati sex seperti halnya kaum pria.Perlukah itu? Seharusnyakah?
Namun, Profesor Anne Campbell dari Durhan University Inggris, berbicara lain. Ia menemukan fakta bahwa wanita ternyata memiliki perasaan bersalah setelah melakukan kegiatan sex one-night stand. Lho, kok?
Selain menyesal, mereka juga merasa telah dimanfaatkan oleh pasangan sex nya. Ini sangat berbeda dengan perasaan kaum pria yang memperoleh kepuasan dan kebanggaan tersendiri dalam berpetualang dalam dengan one-night stand sex itu. Hasil penelitian Campbell terhadap 850 wanita itu seakan telah terjadi paradox dengan penelitiannya sebelumnya, bahwa baik pria dan wanita mempunyai fantasi sex bebas yang sama dengan pria.
Sementara itu, penelitian lain menyebutkan bahwa hanya sebagian kecil wanita yang berusaha mewujudkan
fantasinya. Alasannya, norma sosial yang sedang berlaku tidak mengijinkan kebebasan sex seperti itu.
Menurut Campbell, berbeda dengan pria yang lebih menyukai hubungan jangka pendek dengan berbeda-beda pasangan, wanita memang lebih membutuhkan kualitas sanggama katimbang kuantitas. Kualitas yang dimaksud termasuk bobot, bebet dan bibit (menurut istilah oang Jawa). Jadi, tidak sekadar tampan, gagah atau sexy. Oleh karena itu, salah satu alasan perempuan melakukan casual sex adalah karena dia merasa ada kesempatan untuk membawa hubungan seperti itu ke tahap yang lebih serius. Demikian, pernyataan Anne Campbell, seperti yang dirilis oleh Jurnal Human Natur, semester kedua, tahun ini.
Peneltian Campbell itu seolah-olah memberi verifikasi terhadap ungkapan lama: pria mencintai untuk memperoleh sex, sedangkan wanita memberikan seks untuk mendapatkan cinta! Inikah dunia paradok?
Bagaimana pendapat Anda, perlukah wanita memiliki kebebasan sex seperti itu? Whienda.
Lagi-lagi kita harus selalu berpegang pada Norma-norma Agama, adat istiadat serta azas kepatutan. Kita diajarkan oleh agama untuk tidak berperilaku seperti hewan, demikian juga adat istiadat ketimuran yang kita anut. Kebebasan Sex? 'Naudzubillahi min dzaliq'. Tidak dapat kita pungkiri dengan kemajuan zaman dan teknologi yang canggih saat ini maka manusia dihadapkan pada dilemma,harus bisa memilah mana yang bermanfaat dan mana yang 'mudharat' dan itu bukan pekerjaan yang mudah. Kita juga gak munafik, begitu banyaknya godaan duniawi yang begitu menggiurkan termasuk salah satunya fenomena free sex yang kini justru ber migrasi ke daerah timur yang notabene mempunyai adat istiadat yang kuat, mempunyai tata krama, welas asih, serta tabu. Namun semuanya kembali kepada person masing-masing..
BalasHapusWaduh ya gak perlu seperti itu Whien. Lebih baik kan mencari pasangan tuk sebagai suami. Udah punya suami ya puas puasin deh sama suami. he he he
BalasHapus